Powered By Blogger

Translate

Minggu, 22 Juli 2012

NASIHAT SINGKAT UNTUK SAUDARA-SAUDARA KAMI AHLUS SUNNAH DI INDONESIA -HAFIZHOHUMULLOH-




Kami menasihatkan kepada saudara-saudara kami agar bertakwa kepada Alloh taala dan berpegang tegung dengan Al Kitab Was Sunnah di atas pemahaman Salafush sholih, kemudian bersemangat dalam mempelajari ilmu agama ini, karena Alloh ta'ala berfirman kepada nabi-Nya:

“Katakanlah wahai Rosululloh: Wahai Robbku tambahkanlah padaku ilmu.”
Dan Alloh berfirman pula:

“Apakah orang-orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu itu adalah haq sama seperti orang yang buta? Hanyalah yang berpikir itu adalah orang-orang yang punya akal.”
Menuntut ilmu adalah termasuk kewajiban. Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori dan Muslim dari Muawiyah rodhiyallohu anhu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang diinginkan oleh Alloh kebaikan untuknya Alloh akan memahamkan kepadanya ilmu agama.” (HSR Al Bukhori (71) dan Muslim (2386))

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan konsekuensi dari itu adalah bahwasanya barangsiapa yang tidak diberikan pemahaman terhadap ilmu agama ini maka berarti Alloh tidak menginginkan kepadanya kebaikan. Memahami ilmu agama ini adalah wajib. dan mengetahui hukum-hukum syariat dengan dalil-dalilnya dari Al Qur’an dan As Sunnah. Maka barangsiapa tidak mengetahui yang demikian itu maka dia bukan termasuk orang yang paham terhadap agama ini.” (“Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah” 3 hal. 198)
Dan termasuk dari perkara yang telah tetap di kalangan salaf bahwa sesungguhnya ilmu itu tidak diambil dari orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dan orang-orang yang tercela. 
Al Imam Muslim berkata di muqodimah shahihnya: telah menceritakan kepadaku Makh;lad bin Husian dari Hisyam dari Muhammad bin Sirin berkata:

"Sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama tersebut."
Dan beliau berkata pula: telah menceritakan kepadaku Abu Ja'far Muhammad bin Shobbah, telah menceritakan kepadaku Ismail bin Zakaria, dari Ashim Al Ahwal dari Ibnu Sirin berkata:

Mereka dahulunya tidak menanyakan tentang isnad maka ketika terjadi fitnah mereka berkata,"Sebutkan kepada kami rawi-rawi kalian." Dilihat kepada Ahlis sunnah diambil hadits mereka, dan dilihat kepada ahlul bid'ah tidak diambil hadits mereka."
Maka kami juga menasihatkan kepada saudara-saudara kami -waffaqahumulloh- agar mereka bersungguh-sungguh dalam menuntu ilmu, karena sesungguhnya kita ini berada di zaman yang penuh dengan fitnah dan syubhat. Barangsiapa yang berpaling dari ilmu dan sunnah maka dia akan terjatuh kedalam bid`ah, bid`ah tashowwuf, bid`ah tasyayyu', dan bid'ah tahazzub. Dan keselamatan dan keterjagaan dari terjatuhnya ke dalam bid'ah adalah: senantiasa berada di atas sunnah dan mempelajari ilmu agama. Sebagaimana Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kamian mengikuti jalan-jalan yang lain yang dengannya kalian akan tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu telah Kami wasiatkan kepada kalian agar kalian bertaqwa."
Dan saya menasihatkan kepada saudara-saudara kami untuk menempuh perjalanan menuju ke ulama sunnah dan ke Darul Hadits di Dammaj harosahalloh, yang tempat ini dibangun sejak awalnya di atas sunnah, dan tidak ada yang semisalnya di zaman ini, dari segi tamayyuz ("pemisahan diri dari ahlul bathil") dan penetapan aqidah salafiyyah, dan bantahan terhadap ahlul bid'ah, orang yang sesat dan menyimpang. Tempat tersebut yang membangunnya adalah syaikh kami Al Mujaddid (pembaharu), penolong sunnah, dan penumpas bid'ah Abu Abdirrohman Muqbil bin Hadi Al Wadi'i –semoga Alloh merohmatinya dan memuliakan tempat tinggalnya-.
Dan tidak asing lagi bahwa tempat tersebut Alloh telah memberikan manfaat hidayah dengannya kebanyakan manusia, dan mengeluarkan darinya para masyayikh dan penuntut ilmu yang bertebaran di penjuru seluruh dunia sebagai da'i yang menyeru kepada tauhid dan sunnah dan manhaj salaf. Dan terus-menerus –dengan segala pujian untuk Alloh- tempat tersebut hidup dengan ilmu dan sunnah. Dan setelah Syaikh Muqbil digantikan dengan wasiatnya oleh Syaikh Al Muhaddits Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al Hajuri –semoga Alloh menjaganya- beliau mengurusi dakwah ini dengan sebaik-baik pengurusan. Sangat lantang dalam mengemukakan kebenaran, menolong sunnah, memberantas kebid'ahan dan ahlul bid'ah. Semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan. Syaikh kami berkata –semoga Alloh merahmatinya- di dalam muqoddimah kitab Syaikh Yahya "Ahkamul Jum'ah wabida'iha":
"Aku telah melihat kitab "Al Jum'ah" karya Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri -hafidhahulloh- maka aku mendapatinya sebagai suatu kitab yang agung. Di dalamnya ada faidah-faidah yang pantas untuk dicari walaupun dengan perjalanan yang sungguh-sungguh. Dan Syaikh Yahya -hafidhahulloh- berada pada puncak kehati-hatian dalam memilih, taqwa, zuhud, wara', dan takut pada Alloh. Dan beliau adalah orang yang sangat berani dalam mengemukakan kebenaran, tidak takut -karena Alloh- celaan orang yang mencela. Dan beliaulah -hafidhahulloh- yang menjadi penggantiku dalan penyampaian durus (pelajaran-pelajaran) di Darul Hadits di Dammaj, beliau menyampaikannya dengan cara yang terbaik yang kita inginkan." (muqoddimah kitab "Al Jum'ah wa Bida'uha"/Fadhilatusy Syaikh An Nashihul Amin Yahya bin Ali Al Hajuri hafidhahulloh-)
Barangsiapa yang menjadi saksi untuk beliau adalah pakarnya, maka cukuplah itu. Dan telah mengirimkan kepadaku beberapa ikhwah Indonesia ahlussunnah yang menuntut di Dammaj sebuah surat yang di dalamnya terdapat beberapa lembaran yang telah ditulis dari hasil rekaman milik seseorang yang bernama Luqman Ba Abduh. Dan aku telah membacanya dan kudapati di dalamnya celaan, kedustaan dan kebohongan terhadap Syaikh Yahya Al Hajuri serta terhadap ma'had, yaitu Darul Hadits yang orang-orang berakal merasa malu darinya. Dan tidak asing lagi bagi kalian bahwasanya cercaan kepada ulama sunnah itu termasuk tanda-tanda ahlul bid'ah dan penyimpangan.
Imam Abu Hatim Ar razi -rahimahulloh- berkata:
عَلامةُ أَهلِ البدَعِ الوَقيعةُ في أَهلِ الأَثَر
"Ciri-ciri ahli bida' adalah mencela ahlil atsar." (Aqidatus Salaf Ashabil Hadits/Ash Shobuni/hal. 109)
Imam Ahmad bin Sinan -rahimahulloh- berkata:
ليس في الدنيا مبتدع إلا وهو يبغض أهل الحديث؛ وإذا ابتدع الرجل نزع حلاوة الحديث من قلبه
"Tiada di dunia seorang mubtadi'pun kecuali dia itu dalam keadaan membenci ahlul hadits. Dan jika seseorang berbuat bid'ah, dicabutlah darinya manisnya hadits dari hatinya" ("Aqidatus Salaf"/Ash Shobuni/hal. 109)
Dan apabila telah nyata dari perkataan saudara-saudaraku para penuntut ilmu dari kalangan ahlussunnah Indonesia di Dammaj bahwasanya Luqman ini bukanlah orang yang jujur. Dan sesungguhb nya dia itu adalah pendusta terhadap apa-apa yang dikatakan sebagaimana yang dikuatkan oleh Abu Hazim dean selainnya. Maka termasuk perkara yang telah dikatshui bersama bahwa persaksian ahlussunnah itu ditermia. Bahkan khobar satu orang yang adil itu diterima di sisi ahlussunnah. Bagaimana jika mereka itu merupakan saekumpulan dari para penuntut ilmu yang mulia? Maka ini cukup dalam menetapkan kebohongan orang tadi . Dan orang pendusta itu tidak dipercaya dan tidak diterima khobarnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahulloh- berkata,"Perbedaan antara seorang mukmin dan munafiq adalah kejujuran. Karena sesungguhnya landasan dari kemunifakan itu adalah kedustaan." ("Majmu' Fatawa Syaikhul Islam" 2 hal. 72) 
Dan yang terakhir saya ingin mengingatkan kepada suatu perkara yang penting bahwasanya Luqman ini tidak bisa membedakan antara kritikan yang syari dan bagaimana menjelaskan kesalahan dengan bagaiomana celaan yang diusertai dengan kebohongan dan kedustaan yang ini semua menunjukkan bodohnya dia terhadap sunnah dan manhaj salaf.
Al Hafidh Ibnul Qoyyim -rahimahulloh- berkata:
من سبَ بالبُرهان ليس بظالمٍ والظلمُ سبُ العبدِ بالبهتان
"Barangsiapa mencela dengan disertai bukti maka dia itu bukanlah termasuk orang yang dzolim. Dan kedzoliman itu adalah celaan seseorang dengan kedustaan."
Syaikh Al Harrosh -rahimahulloh- berkata: "Sesungguhnya barangsiapa yang mencela lawan bicaranya dengan dalil maka dia itu bukanlah termasuk orang yang dzoplim. Dan bukan termasuk orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Akan tetapi kedzoliman itu adalah celaan seseorang dengan kepalsuan dan jkebohongan." (Syarh Nuuniyyah Ibnul Qoyyim 2 hal. 340)
Dan yang terakhir aku mengulangi nasihat ini kepada saudara-saudara kami ahlussunnah di Indonesia agar menjauhi orang yang dikaetahui kedustaannya seperti orang ini. Dan tidak pantas orang ini diambil ilmu darinya. Wallohul musta'an.

MUTIARA YANG BERKILAU

Sebagian orang menyangka bahwa memahami fitnah dan membaca buku-buku yang menjelaskan hakekat suatu fitnah atau buku-buku yang membantah ahlul bathil merupakan suatu perbuatan yang sia-sia dan buang-buang waktu. Hal ini adalah persangkaan yang keliru. Hudzaifah ibnul Yaman -radhiyAllohu ‘anhu- sahabat Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam yang dipercaya untuk memegang rahasia Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِى

Dahulu manusia bertanya kepada Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam perkara-perkara yang baik, dan aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena takut hal tersebut akan menimpaku.”

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ قَالَ قَالَ حُذَيْفَةُ

كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَهُ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ قِيلَ لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ

قَالَ مَنْ اتَّقَى الشَّرَّ وَقَعَ فِي الْخَيْرِ

telah bercerita kepada kami [Waki'] dari [Sufyan] dari ['Atho` bin As Sa`ib] dari [Abu Al Bakhturi] berkata; Berkata [Hudzaifah bin Al Yaman]: Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bertanya beliau tentang kebaikan, tapi saya justru bertanya tentang keburukan. Ia ditanya: Kenapa kau melakukannya? Hudzaifah bin Al Yaman menjawab: Barangsiapa menjaga diri dari keburukan, ia berada dalam kebaikan. (Musnad Imam Ahmad no.22300)

Qobishoh bin ‘Uqbah mengatakan: “Tidak akan berhasil orang-orang yang tidak mengetahui perselisihan di antara manusia.” (Jami’ Bayanil Ilmi: 3/47)

Syaihul Islam Mengatakan: ”Siapa saja yang lebih paham terhadap kejelekan maka dia akan lebih tunduk dan hormat terhadap kebenaran, dan dengan kadar pengetahuannya tersebut dia akan lebih mudah untuk menerima petunjuk.” (Majmu’ Al-Fatawa : 5/118)