ROMADHON,
KESEMPATAN EMAS
YANG BANYAK
TERSIA-SIAKAN
Ditulis Oleh: Abu Zakariya Irham bin
Ahmad Al Jawy
Darul Hadits Dammaj, Sya’ban 1433H
Semoga Alloh Menjaganya
إِنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Hari-hari berlalu begitu
cepat, bulan pun berganti ibarat anak panah yang melesat, sesuai dengan berita
yang disampaikan Nabi kita yang mulia bahwa semua itu merupakan tanda dekatnya
Hari Kiamat:
عَن هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى
الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ», قَالُوا: وَمَا الْهَرْجُ؟ قَالَ: «الْقَتْلُ
الْقَتْلُ». رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh shollalloohu’alaihi
wasallam bersabda: “Zaman akan saling berdekatan, ilmu akan
berkurang, dan akan dilemparkan (pada manusia) kekikiran, serta Al-harj akan
merajalela, para sahabat bertanya: Apa itu Al-harj? Rosulullohshollalloohu’alaihi wasallam menjawab:
(Al-harj adalah) pembunuhan!, pembunuhan!”. (HR. Bukhori & Muslim)
Tidak terasa kita telah berada di penghujung bulan Sya’ban
yang berarti sebentar lagi kita akan bertemu dengan bulan Romadhon yang mulia.
Sudah selayaknya bagi setiap muslim untuk bergembira menyambut kedatangan bulan
yang penuh berkah ini. Bagaimana tidak, Rosululloh shollalloohu’alaihi
wasallam telah mengatakan:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنّةِ، وَغُلّقَتْ
أَبْوابُ النّارِ، وَصُفّدَتِ الشّيَاطِينُ.
“Jika datang Romadhon dibukalah pintu-pintu
syurga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggulah syetan-syetan”. (HR muslim dari Abu Huroiroh)
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ. وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ
إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَ الكَبَائِرِ.
“Sholat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Romadhon ke Romadhon
adalah penghapus dosa antara satu dan lainnya, selama dia menjauhi dosa dosa
besar.” [HR. Muslim dari
Abu Huroiroh]
Namun sayang banyak manusia lalai akan keutamaan yang besar ini,
dan menganggapnya sebagai rutinitas belaka, sebagaimana hari-hari biasa,
sehingga banyak kesempatan yang terabaikan dan tersia-siakan.
Saudaraku –semoga Alloh berikan hidayahnya kepadamu- Romadhon
adalah kesempatan emas yang Alloh berikan kepada hambanya, maka pergunakanlah
sebaik mungkin. Dan tentunya kita semua telah melewati banyak Romadhon di
tahun-tahun yang silam, tapi pernahkah terbersit dalam diri-diri kita untuk
sejenak mengoreksi waktu yang telah lalu itu: “Sudahkah aku
memanfaatkannya dengan maksimal ?”
Oleh karena itu dalam
tulisan ini mari kita bersama-sama mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan agar
Romadhon kali ini bisa mengisinya dengan lebih baik dari Romadhon-romadhon yang
telah lalu, semoga Alloh memberikan taufikNya kepada kita semua.
BERSYUKUR ADALAH KUNCI
TETAPNYA SUATU NIKMAT YANG ALLOH BERIKAN DAN SEBAB UTAMA BERTAMBAHNYA NIKMAT
TERSEBUT.
Nikmat Alloh yang
diberikan kepada kita tidaklah terhingga banyaknya. Kalaulah Alloh tidak
memberikan kepada kita kecuali keislaman, tentu hal ini sudah cukup bagi untuk
untuk bersyukur dengan sebesar-besar kesyukuran. Bagaimana tidak? Alloh telah
berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.(Ali Imron 85)
Apalagi Alloh juga telah
memberikan nikmat-nikmat Nya yang lain kepada kita. Kesehatan, kecukupan,
kesejahteraan, keamanan…dan nikmat-nikmat lainnya yang kita tidak bisa
menghitungnya. Alloh telah berfirman:
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ
اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. dan jika kamu menghitung-hitung nikmat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrohim:34)
Inilah keadaan mayoritas
manusia; tidak bersyukur. Padahal dalam setiap detik dan nafasnya, dia telah
Alloh beri kenikmatan yang tiada tara. Sudah sewajibnyalah bagi kita untuk
bersyukur kepada Alloh sebanyak-banyaknya.
Dan ketahuilah bahwa
buah kesyukuran ini pada hakekatnya kembali kepada hamba itu sendiri, dan
Alloh sama sekali tidak membutuhkan imbal jasa dari hamba-hambaNya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“(Ingatlah juga), tatkala Robb-mu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS I brohim: 7)
Perlu diketahui bahwa bersyukur tidaklak cukup dengan sekedar
ucapan lisan, akan tetapi hendaknya juga ditunjukkan dengan amalan perbuatan,
sebagaimana yang dicontohkan Nabi kita shollalloohu’alaihi wasallam:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ
نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ
حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ: لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ؟
قَالَ: أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
Dari Aisyah bahwasanya Nabi shollalloohu’alaihi wasallam berdiri
sholat malam sampai kakinya pecah-pecah, maka Aisyah bertanya: “Kenapa engkau
melakukan demikian wahai Rosululloh? padahal Alloh telah mengampuni dosa-dosamu
baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rosululloh menjawab:“Tidakkah
aku senang untuk menjadi seorang hamba yang bersyukur?!” (Muttafaqun
Alaih).
Inilah teladan kita dalam bersyukur…. Namun tidaklah seseorang itu
bisa bersyukur kecuali dengan taufiq dan pertolongan Alloh. Oleh karena itu
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam mengajarkan kepada
sahabatnya dan kepada kita semua untuk berdoa:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ
أَنْ تَقُولَ: اللهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
»رواه أحمد
Dari Muadz bin Jabal bawa Nabi shollalloohu’alaihi wasallam berkata: “Aku
wasiatkan kepadamu wahai Muadz agar jangan sekali-kali meninggalkan untuk
berdoa setiap selesai sholat:
اللهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Alloh berilah pertolongan kepadaku dalam
berdzikir kepadaMu, dalam bersyukur, dan dalam beribadah yang baik. (HR Ahmad dan yang lainnya, shohih)
Jadi dengan ini semakin jelas bahwa kesadaran seorang hamba untuk
bersyukur adalah nikmat tersendiri yang juga harus disyukuri.
Demikianlah seorang muslim, dalam setiap detiknya dia bersyukur kepada
Penciptanya. Nabi kita telah bersabda:
عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ
ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً
لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ فَكانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin,
semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan baginya, tidaklah hal ini
didapati kecuali pada orang yang beriman: jika diberi keluasan (nikmat) dia
bersyukur dan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan maka dia bersabar
dan itu adalah baik baginya”. (HR Muslim)
Diantara nikmat yang
hendaknya disyukuri adalah kesempatan yang Alloh berikan kepada seorang hamba
untuk bisa bertemu dengan Romadhon, bulan penuh rahmat, bulan dilipatkan
pahala, bulan diampuni dosa-dosa….. janganlah sampai kesempatan ini berlalu…
karena belum tentu kita bisa menemuinya tahun depan… sinsingkan lengan tangan
dan kencangkan ikat pinggang untuk berlomba menggapai keridhoan Alloh serta
sorganya yang penuh dengan kenikmatan.
Sungguh celaka orang yang bisa bertemu Romadhon dan melewati
hari-harinya kemudian keluar dalam keadaan penuh dosa. Rosululloh shollalloohu’alaihi
wasallam bersabda:
رَغِمَ أنْفُ رجل دخل عليه رمضان ، ثم انْسَلَخَ ولم يُغْفَرْ لَه ،
ورَغِمَ أنفُ رجل أدْرَك أبويه أو أحدَهما، وهما حيّ ولم يدْخِلاهُ الجنة،
وَرَغِمَ أنفُ رَجُل ذكرتُ عنده ولم يُصلّ عليَّ.
“Sungguh celaka orang yang masuk romadhon
kemudian keluar (dalam keadaan) tidak terampuni dosa-dosanya, sungguh celaka
seseorang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya (dalam keadaan
lanjut usia) dan tidak bisa memasukkannya syurga, dan sungguh celaka seseorang
yang aku disebutkan di sisinya dan tidak bersholawat kepadaku” (HR Tirmidzi dari Abu Huroiroh, hasan)
MUHASABAH TITIK TOLAK PERBAIKAN DIRI
Alloh telah
memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk mengoreksi diri dalam
firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Hasyr: 18)
Imam As Sa’dy berkata dalam tafsirnya: “Ayat yang mulia
ini merupakan poros dasar untuk muhasabah (mengoreksi diri) yang hendaknya
seorang senantiasa mengingatnya. Apabila dia melihat kesalahan pada dirinya
segera memperbaikinya dengan meninggalkannya dan bertaubat darinya dengan
sebenar-benarnya, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkannya jatuh
dalam kesalahan tersebut.
Jika dia melihat kekurangan pada dirinya dalam melaksanakan
perintah-perintah Alloh, segera mengerahkan usahanya dengan memohon pertolongan
Rabb-nya untuk menyempurnakannya. (Hendaknya seorang mukmin) memperbandingkan
antara anugrah-anugrah yang (Alloh berikan) dengan kekuranganya, karena
hal ini pasti akan memunculkan perasaan malu (kepada Alloh).”
Tidak ada seorangpun
dari kita yang mengaku bahwa dirinya telah menunaikan kewajbannya sesuai
tuntutan, terlebih lagi perkara- perkara selain wajib. Di sisi lain nikmat
Alloh setiap detik dia rasakan tanpa henti. Hendaklah muhasabah ini senantiasa
tertanam pada diri, karena darinya bertolak segala kebaikan.
Jika kita telah sadar
bahwa kita ini penuh kekurangan, tidak ada jalan keluar kecuali melakukan
perbaikan ….
Kalau waktu-waktu yang
telah lalu kita sholat bermalasan-malasan, menunggu-nunggu akhir waktu, dan
melaksanakannya secepat kilat tanpa ada perasaan bahwa sholat tersebut adalah
perkara pertama yang ditanyakan kelak,…maka perbaikilah…! Tunaikan sholat pada
awal waktunya bersama jamaah bagi yang laki-laki, dan melaksanakannya di rumah
bagi yang perempuan, dengan penuh khusyu’. Sungguh jika seseorang telah
bertekad dengan jujur maka Alloh pasti akan memberikan kemudahan baginya, dan
hal ini tidak akan terasa berat. Alloh telah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berusaha sungguh-sungguh
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (QS Al Ankabut:
69)
Terkhusus untuk bulan
ini hendaknya seseorang lebih banyak dalam mengoreksi dirinya, berapa banyak
Romadhon telah berlalu dan berapa amalan yang telah dilaksanakan??
Sudahkah kita merasakan hikmah yang kerenanya Alloh syareatkan
puasa?? Alloh berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”
Ketaqwaan, itulah tujuan
yang ingin diraih dengan puasa. Tentunya hal yang diharapkan bahwa setiap lewat
romadhon seseorang bertambah ketaqwaannya, bertambah giat beribadah dan semakin
menjauh dari maksiat.
Satu hal yang perlu kita ketahui, Imam Ibnul Qoyyim
menjelaskan bahwa amalan seorang hamba itu bisa diketahui apakah diterima di
sisi Alloh atau tidak dengan tanda-tanda yang muncul setelahnya, yang berupa
ketenangan jiwa, ketentraman batin, perubahan sifat menuju yeng lebih baik.
Sebab Alloh adalah Dzat yang maha pemurah dan pasti akan membalas amalan
hamba-hambaNya. Semakin bertambah amalan seorang hamba maka Alloh pasti akan
semakin memudahkannya dan memberikan kabar gembira baginya.
Oleh karena itu wahai
saudaraku, semoga Alloh memberikan taufiqNya kepadamu, telitilah kembali
amalan-amalanmu, apakah engkau telah mendapatkan tanda-tanda tersebut ada
padamu? Ketenangan jiwa, kegembiraan hati dalam beribadah, kelegaan dalam
mengerjakannya, ataukah sebaliknya?? Setiap manusia tahu keadaan dirinya,
persiapkanlah baik-baik dan hitung-hitunglah amalanmu selama masih ada
kesempatan untuk memperbaiki diri…
TAUBAT penghapus kesalahan yang telah lalu
Langkah selanjutnya,
setelah kita koreksi diri kita sendiri tentunya tidak ada seorang pun diantara
kita yang mengaku bahwa dirinya terlepas dari dosa. Dan kewajiban seorang yang
berdosa adalah bertaubat kepada Alloh, sebab Alloh telah memerintahkan hal
tersebut dalam firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي
اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ
لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah
kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim:
Lihatlah Nabi kita,
Alloh telah mengampuni dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan
datang, akan tetapi beliau tetap bertaubat kepada Alloh, sabagaimana yang
beliau sabdakan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، تُوبُوا إِلى اللهِ واسْتَغْفِرُوهُ ،
فإنِّي أتُوبُ في اليَومِ مئةَ مَرَّةٍ
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Alloh,
sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali”. (HR. Muslim dari Al-Aghor bin Yasar)
Jika demikian keadaan
manusia terbaik yang Alloh telah janjikan syurga kepadanya, tentu kita yang
penuh noda ini lebih pantas untuk melakukannya.
Namun yang mengherankan
ternyata sebagian besar manusia tidak sadar bahwa dirinya berdosa, bahkan
beranggapan bahwa dia telah melakukan amalan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu marilah kita lihat beberapa hal yang sebagian besar manusia terjatuh
padanya:
Bid’ah
Bid’ah adalah setiap
perkara yang diniatkan dengannya ibadah kepada Alloh, tapi tidak dilandasi oleh
dalil.
Dari pengertian ini dipahami bahwa perkara ini secara lahirnya
seakan-akan adalah perkara agama, dan orang yang melakukannyapun menganggap
dirinya sedang beribadah kepada Alloh. Inilah sisi bahaya perkara yang satu
ini, yang karenanya sulit bagi orang yang terjatuh padanya untuk bisa
bertaubat, sebab dia pada asalnya tidaklah menganggap dirinya melakukan
kesalahan. Oleh karena itu Rosulullohshollalloohu’alaihi wasallam berulang
kali memperingatkan manusia dari perkara ini, sebagaimana sabdanya:
(( أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإنْ تَأمَّر
عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ ، وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى
اختِلافاً كَثيراً ، فَعَليْكُمْ بسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلَفاءِ الرَّاشِدِينَ
المَهْدِيِيِّنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
الأُمُورِ ؛ فإنَّ كلَّ بدعة ضلالة
))
“Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada
Alloh, dan mendengar serta taat kepada (pemimpin) walau yang memimpin kalian
adalah seorang budak Habasyi. Sesungguhnya orang yang hidup (lama) diantara
kalian akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib bagi kalian untuk
berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahkhulafaurrosyidin, gigitlah erat-erat sunnah itu
dengan gigi geraham kalian. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara
baru (dalam agama yang tidak ada dalil dan contohnya), karena sesungguhnya
setiap bid’ah itu sesat” (HR. Tirmidzi, hasan)
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam juga
telah menjelaskan bahwa amalan bid’ah itu tertolak, tidak diterima oleh Alloh,
bahkan pelakunya terancam dengan neraka. Beliau telah berkata:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيهِ أمرُنا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan amalan tanpa ada
perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR Muslim)
Karena itu
berhati-hatilah dari bid’ah ini. Pastikan sebelum beramal bahwa amalan yang
akan engkau lakukan ada dalilnya dan perintahnya dari Alloh atau RosulNya.
Diantara perkara-perkara
bid’ah yang sering terjadi di bulan Romadhon:
Adanya ‘bilal’ (orang yang memberi komando untuk
mengucapkan sholawat kepada Nabishollalloohu’alaihi wasallam pada
setiap selesai salam) dalam sholat tarowih
Penabuhan bedug setelah
selesai tarowih
Pembacaan niat puasa
secara berjamaah setelah selesai tarowih, dll.
Mungkin seseorang akan berkata: “lho itu kan amalan
yang baik?!”
Kita jawab: Kebaikan dan
kejelekan patokannya adalah dalil, apakah perkara-perkara itu ada dalilnya?
Tidak sama sekali. Apakah perkara-perkara itu ada pada zaman Nabi, atau
sahabatnya, atau zaman tabi’in?! Jawabnya tidak.
Lalu siapa yang lebih bersemangat dalam beribadah, kita atau
mereka?? Tentu merekalah yang lebih bersemangat, sebab zaman itu adalah zaman
terbaik umat ini sesuai berita Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam.
Kalau perkara-perkara di atas ada kebaikannya dalam agama ini tentu mereka akan
lebih dulu dalam mengamalkannya.
Inilah yang disebut
bid’ah, sebab orang-orang yang melakukannya beranggapan bahwa itu adalah bagian
agama ini. Maka sewajibnya bagi setiap muslim untuk menjauhinya.
Maksiat
Alloh dan Rosul-Nya
telah menjelaskan secara sempurna tentang perkara-perkara yang wajib
dilaksanakan dan perkara-perkara yang wajib dijauhi. Tapi mayoritas manusia
dalam menanggapi perintah dan larangan ini malah berkebalikan. Perkara yang
dilarang malah dkerjakan dan yang diperintahkan malah ditinggalkan. Terkhusus
pada akhir zaman ini, manusia semakin menjadi dalam melakukan maksiat, bahkan
mereka menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa. Sungguh benar perkataan Anas
–Rodhiyallohu ‘anhu- :
إِنَّكُمْ لَتعمَلُونَ أعْمَالاً هي أدَقُّ في أعيُنِكُمْ مِنَ
الشَّعْرِ ، كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم –
مِنَ المُوبِقاتِ
“Sesungguhnya kalian melakukan perbuatan yang
hal itu di mata kalian lebih kecil dari rambut, padahal dulu kami menganggapnya
sebagai perkara yang mencelakakan” (HR. Bukhori)
Bagaimanakah halnya
dengan zaman yang perzinaan merajalela dan riba dianggap biasa,…..?!
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ
خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al Anfaal: 25)
Ibnu Qoyyim mengatakan: “Diantara perkara yang hendaknya
diketahui: bahwa dosa dan kemaksiatan itu membawa akibat buruk yang pasti
adanya, dan akibat tersebut menyerang hati, seperti racun yang menyerang
badan….Tidaklah ada kejelekan dan penyakit di dunia ini dan di akhirat
kecuali disebabkan oleh dosa-dosa dan kemaksiatan. (Ad Daa’ wad
Dawaa’: 53)
Kemudian beliau
menjelaskan bahwa akibat tersebut terkadang tidaklah disegerakan okeh Alloh,
dan hal inilah yang menjadikan manusia terlena sehingga terus menerus
bergelimang dalam dosa dan kemaksiatan.
Saudaraku –semoga Alloh
memberikan taufiq-Nya- kepada kita semua-, diantara akibat dosa dan kemaksiatan
adalah:
Dosa dan kemaksiatan
mencegah masuknya ilmu dan turunnya rizki.
Dosa dan kemaksiatan
melemahkan hati dan badan.
Dosa dan kemaksiatan
mendorong untuk melakukan dosa dan kemaksiatan yang lain, yang karenanya
terhalangilah hidayah. Alloh berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran),
Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang fasik”. (QS Ash Shof: 5)
Mungkin tiga ini cukup,
untuk selengkapnya lihat kitab Ad Daa’ wad Dawaa’ milik Ibnul Qoyyim. Semoga
alloh memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjauhi
larangan-laranganNya, dan memberikan taufiq kepada kita untuk menjalankan
perintah-perintahNya.
BERSEMANGATLAH,… MUNGKIN
KESEMPATAN ITU TAKKAN BERULANG KEMBALI
Alloh berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Robb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa”. (QS Ali Imron: 133)
Sudah merupakan hal yang
dimaklumi bersama, bahwa dalam bulan Romadhon kita dapati semangat pada diri
kita dalam beribadah lebih daripada bulan-bulan yang lainnya. Hal ini merupakan
taufiq Alloh yang hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dan dijaga
sehingga bisa bertahan semangat tersebut, sebab hal-hal yang memalingkan
seseorang dari amalan sholeh amatlah banyak, dan hati ini cenderung pada
kemalasan dan kemaksiatan. Alloh telah berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robb-ku. Sesungguhnya Robb-ku
Ghofur (Maha Pengampun) lagi Rohim (Maha Penyayang). (QS Yusuf: 53)
Ini penghalang yang ada
di dalam manusia itu sendiri, belum lagi penghalang-penghalang yang datang dari
luar, yang berupa godaan Syaiton dan fitnah-fitnah lainnya. Simaklah wahai
saudaraku, bagaimana tekat iblis dalam berusaha untuk menyesatkan manusia,
sebagaimana yang dikabarkan Alloh dalam firmanNya:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ
صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ
شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat,
saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,
dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat)”. (QS. Al A’rof: 16-17)
Oleh karena itulah Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam memerintahkan
kita semua untuk bersegera dalam beramal Sholeh dan tidak menunda-nundanya:
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – : أن رَسُول الله –
صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ :
بَادِرُوا بِالأعْمَال فتناً كقطَعِ اللَّيْلِ
المُظْلِمِ ، يُصْبحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً ، وَيُمْسِي
مُؤمِناً ويُصبحُ كَافِراً ، يَبيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنيا.
Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh shollalloohu’alaihi
wasallam bersabda: “Bersegeralah kalian dalam beramal
sebelum (datangnya) fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap
gulita, (sehingga) seseorang pada paginya masih beriman tapi ketika sore sudah
jadi kafir, dan seseorang sore harinya beriman (tiba-tiba) pada paginya menjadi
kafir. (Hal itu disebabkan) karena dia menjual agamanya dengan harta benda
dunia“. (HR. Muslim)
Diantara amalan-amalan
utama yang sangat dianjurkan dalam bulan Romadhon:
JALANKAN PUASA DENGAN PENUH IMAN DAN HARAP
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang puasa Romadhon dengan penuh
iman dan mengharapkan (keridhoan Alloh) akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu” (Muttafaq ‘alaih)
Betapa butuhnya kita
dengan ampunan Alloh, dan inilah salah satu jalannya. Namun tidak semua orang
puasa mendapatkannya, hanya yang puasa dengan penuh keimanan dan pengharapanlah
yang bisa menggapainya……Beliau juga bersabda dalam hadist yang lain:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ
يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ ، فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ – مَرَّتَيْنِ – وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لَخَلُوفٌ فَمِّ الصَّائِمِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيْحِ المِسْكِ ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي ، الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ ،
وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Puasa adalah perisai dari api neraka. Maka
orang yang berpuasa janganlah berkata-kata kotor atau berbuat jahil, dan
apabila seseorang memaki atau mengajak berkelahi, maka katakanlah kepadanya:
“Aku sedang puasa.” kemudian Nabi ` bersabda: “Demi dzat yang jiwaku
ditangan-Nya, bau mulut orang berpuasa itu lebih harum di sisi Alloh dari bau
misk, (Alloh mengatakan:) ia tidak makan, tidak minum, dan meninggalkan
nafsunya karena Aku. Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya,
dan setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya.” (Muttafaq ‘Alaih Dari
Abu Huroiroh )
Dari hadits ini diketahui manfaat bahwa seseorang yang puasa bisa
mencapai pahala puasa dengan sempurna bila tidak berkata-kata kotor,
jorok, dan terkandung padanya larangan untuk menggauli istri. Juga tidak boleh
berbuat kejahilan yang mencakup seluruh perbuatan maksiat. Yang semua larangan
ini dia jauhi semata-mata karena Alloh, bukan karena yang lainnya.
Dari sini kita ketahui
pula betapa banyak orang puasa tapi yang dia dapat hanya haus dan lapar,
sebagaimana sabda Nabi kita:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ
قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Banyak orang puasa hanya mendapatkan lapar dan
haus dari puasanya, dan banyak pula orang yang sholat malam hanya mendapatkan
kepayahan dari sholatnya”. (HR Ahmad, sanadnya hasan)
Sungguh ini adalah kerugian yang nyata. Apa sebabnya? Karena dia
tidak memenuhi tuntutan yang tersebut dalam kedua hadits yang telah lewat.
Puasa tapi maksiat jalan terus, puasa tapi sehariannya nongkrong di depan TV. Puasa tapi mulut diumbar tanpa kekang…….puasa tapi……
Saudaraku, kita berharap agar puasa kita diterima oleh Alloh,
karena itu bersungguh-sungguhlah dalam menempuh sebab-sebab untuk meraihnya.
Dan bergembiralah dengan berita Rosulullohshollalloohu’alaihi wasallam :
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ
مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ
يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ
فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di syurga ada pintu yang dinamai
‘Royyan’ masuk melewatinya pada hari kiamat orang-orang yang puasa, tidak
akan masuk melewatinya kecuali mereka! Dikatakan pada saat itu: “Mana
orang-orang yang puasa! Maka merekapun bangkit (menuju panggilan tersebut),
tidak akan masuk melewatinya kecuali mereka! Jika mereka telah masuk maka pintu
itupun ditutup dan tidak bisa masuk melaluinya seorangpun”. (Muttafaq ‘Alaih Dari Sahl bin Sa’d)
عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرُو ب قَالَ : أنَّ
رَسُولَ الله ﷺ :«الصِّيَامُ وَ
القُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَي
رَبِّ، مَنَعَتْهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ،
وَيَقُولُ القُرْآنُ مَنَعَتْهُ النَّومَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ» وَقَالَ: «فَيُشَفِّعَانِ»
Dari ‘Abdillah bin ‘Amru dia berkata, bahwasanya
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda:“Puasa
dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi hamba nanti pada hari kiamat, maka
puasa nanti akan berkata : Wahai Robbku, aku telah menghalanginya dari makan
dan syahwat diwaktu siang, maka terimalah syafa’atku untuknya. Dan Al-Qur’an
berkata : Wahai Robbku, aku telah menghalanginya dari tidur pada malam hari,
maka terimalah syafa’atku untuknya. Maka keduanyapun (diizinkan untuk)
memberikan syafa’at.” [HR. Ahmad, Shohih At- Targhib (no.973)]
SHOLAT MALAM / TAROWIH
DENGAN PENUH IMAN DAN HARAP
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah
bersabda:
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa yang berdiri (sholat malam) pada
bulan Romadhon dengun penuh iman dan harap, akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu”. (Muttafaq ‘alaih dari
Abu huroiroh)
Keutamaan yang besar…
sudah sepantasnyalah bagi setiap muslim untuk berlomba dalam mendapatkannya.
Sholat malam pada bulan Romadhon inilah yang dikenal dengan tarowih.
Namun disini ada hal yang perlu diperhatikan, sebab kita lihat
banyak kaum muslimin melaksanaknya sekedar rutinitas bulan romadhon. Padahal
disebutkan dalam hadits di atas dua syarat untuk bisa mendapatkan
keutamaan tersebut, yaitu: keimanan yang terkandung di dalamnya ikhlas dan
harapan agar Alloh mengampuni dosa-dosanya.
Selain itu, hendaknya diketahui bahwa suatu sholat akan dianggap
oleh Alloh bila terdapat padanya kekhusyukan, adapun jika sholatnya secepat
kilat maka tidaklah dia dapat kecuali capek dan pegal. Ya,.. mungkin seseorang
akan dapat pahala dengannya, tapi tentunya sangat beda dengan orang yang
menjalankannya dengan khusyu’ dan tuma’ninah.
Perlu diwaspadai, bahwa syeton terus berusah payah untuk mencari
celah dalam merusak ibadah kaum muslimin. Dia berusaha untuk memalingkan kita
dari ibadah menuju maksiat, atau paling tidak menuju kepada hal yang lebih
rendah. Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah
bersabda:
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ ، فَإِنَّهُ
يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ
“Barangsiapa yang sholat (tarowih) bersama imam
sampai dia selesai, maka hal itu dihitung seperti sholat semalam suntuk” (HR Abu Dawud, shohih)
Memang ini adalah
keutamaan yang besar, tapi jangan sampai seseorang mengedepankannya dari sholat
wajib lima waktu. Kalau sholat tarowih mereka berduyun-duyun ke masjid, tapi
ketika sholat wajib mereka duduk santai di rumah. Padahal inilah yang
seharusnya dikedepankan.
Saudaraku, sholat malam tidaklah khusus di bulan Romadhon, bahkan
hal itu merupakan ibadah yang kita dituntut untuk menjaganya dan melaksanaknnya
secara rutin. Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallamtelah
bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ
فَكَانَ بَعْدُ لَا يَنَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًا.
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdulloh (ibnu Umar)
seandainya saja dia itu sholat malam”. Karena perkataan Rosululloh ini, maka
Abdulloh tidaklah tidur malam kecuali sedikit. (Muttafaq ‘alaih)
Membaca Al Qur’an dan
Memperbanyak Shodaqoh
Alloh telah berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS Shood: 29)
Tilawah Al Quran adalah ibadah utama yang dianjurkan pada setiap waktu
terlebih lagi pada bulan Romadhon. Rosululloh shollalloohu’alaihi
wasallam telah bersabda tentang perbedaan muslim yang membaca Quran
dan yang tidak membaca Quran:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ
: رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ
يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ .
“Permisalan seorang mukmin yamg membaca Al Quran
seperti buah utrujah, baunya sedap rasanya pun sedap, dan permisalan seorang
mukmin yang tidak membaca Quran seperti kurma, tidak ada baunya tapi rasanya
manis”. (Muttafaqun’alaih)
Beliau juga telah
menjelaskan pahala pembaca Quran:
وعن ابن مسعودٍ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ
رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – :
.مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ
، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أمْثَالِهَا ،
لاَ أقول : ألم حَرفٌ ، وَلكِنْ : ألِفٌ حَرْفٌ ،
وَلاَمٌ حَرْفٌ ، وَمِيمٌ حَرْفٌ
.
Dari Ibnu Mas’ud: Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
yang membaca satu huruf dari Kitabulloh maka baginya satu kebaikan, dan
kebaikan itu dilipatkan sepuluh kali. Tidaklah aku katakan: alif lam mim itu
satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.
(HR. At-Tirmdzi dan yang shohih bahwa hadits ini adalah perkataan Abu Mas’ud
akan tetapi hukumnya marfu’)
Wahai hamba Alloh,
sambutlah pahala yang melimpah ini….
Lihatlah Nabi kita,
beliau pada bulan Romadhon menyimakkan bacaannya Al quran kepada Jibril sebagaimana
diterangkan dalam hadits Ibnu abbas:
وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ
كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ
يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ
“Jibril menemui Rosululloh pada setiap malam
bulan romadhon, dan Rosululloh menyimakkan kepadanya bacaan Al quran sampai
berpisah dengannya” (Muttafaq ‘alaih)
Namun yang sangat
memprihatinkan saat ini, kebanyakan kaum muslimin tidak bisa membaca Al quran dengan
benar, atau bahkan tidak bisa membaca sama sekali. Untuk itu hendaklah mereka
segera mempelajarinya dan hal ini adalah seutama-utama amalan, sebagaimana
sabda Nabi kita:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al quran dan mengajarkannya” (HR Bukhori)
Pada bulan ini juga
sangat dianjurkan untuk memperbanyak shodaqoh. Rosululloh telah memberikan
teladan utama pada amalan yang mulia ini sebagaimana disifatkan oleh Ibnu
‘Abbas bahwa kedermawaan beliau pada bulan Romadhon ibarat angin yang
berhembus, saking banyaknya.
MEMPERBANYAK DZIKIR
Ibadah ini sebenarnya
tidak membutuhkan modal yang besar, tapi banyak manusia yang melalaikannya.
Padahal Alloh telah memerintahkan dalam Kitab-Nya:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”.
Rosululloh juga telah
menjelaskan bahwa waktu-waktu yang lewat tanpa ada dzikir kepada Alloh padanya
merupakan kerugian dan penyesalan pada hari kiamat:
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدَاً لَمْ يَذْكُرِ الله تَعَالَى فِيهِ ، كَانَتْ
عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى تِرَةٌ ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضجَعاً لاَ يَذْكُرُ
اللهَ تَعَالَى فِيهِ ، كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ .
“Barangsiapa yang duduk dalam suatu majlis tidak
berdzikir kepada Alloh maka hal itu merupakan kekurangan dan kerugian baginya,
dan barangsiapa yang tidur di atas pembaringan tanpa dzikir kepada Alloh maka
hal itu merupakan kekurangan dan kerugian baginya.” (HR. Abu Dawud, disahihkan Syaikh Albani)
BERSABARLAH, HARI-HARI
INI HANYALAH SEMENTARA
Saudaraku, semoga Alloh
memberikan kita keistiqomahan, hidup kita di dunia hanyalah sementara,
hari-hari yang berlalu sangatlah pendek jika dabandingkan dengan hari-hari yang
akan kita lalui di akherat kelak, Alloh telah mengabarkan tentang perkara ini
dalam firmanNya:
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ
سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ *
قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
“Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu
tinggal di bumi? mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah
hari, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman:
“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya
mengetahui” (QS. Al Mukminun: 112-114)
Dan Alloh pun telah
mengabarkan bahwa manusia akan menyesal dengan penyesalan yang sangat pada Hari
Akhir kelak sehingga mereka ingin dikembalikan ke dunia walau sekejab, untuk
sekedar beramal dengan amalan yang dulu mereka ringgalkan di dunia:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ *
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ
قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ * فَإِذَا نُفِخَ
فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ *
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ
خَالِدُونَ * تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ .
“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu),
hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata:
“Wahai Robb-ku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding penghalang
sampal hari mereka dibangkitkan. Dan apabila sangkakala ditiup maka tidaklah
ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula
mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka
mereka Itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Barangsiapa yang ringan
timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,
mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan
mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (QS Ql Mukminun: 99-104)
Jika demikian halnya,
maka bersyukurlah karena engkau masih belum terlambat… kesempatan masih terpampang
di depan mata, perbaikilah kesalahan-kasalahan yang telah lalu, benahilah
masa-masa yang masih tersisa ini dengan beramal dan persiapkan bekal, sebelum
ajal menjemput sehingga tidak lagi berguna ratapan serta penyesalan.
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك