SALMAN AL-FAARISIY
rodhiyallahu ‘anhu
TELADAN PENCARI KEBENARAN
(DISERTAI BEBERAPA FAIDAH HADITS)
~ Faidah dari Pelajaran Umum Abu
Abdirrohman Yahya bin ‘Ali Al-Hajury ~
Dirangkum: Abu Ja’far Al-Minangkabawy
Alih Bahasa: Abu Ubaidillah ‘Amir bin Munir Al-Acehy
-semoga Alloh menjaga mereka-
Ma’had Darul Hadits Dammaj – Yaman
إن الحمد لله نستعينه
ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Menuntut ilmu syar’iy adalah suatu keharusan bagi seorang muslim
dalam memahami agamanya dan juga dalam beribadah kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Karena tidaklah seorang mampu untuk beribadah kepada Allah subhanahu
wa ta’ala sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya melainkan dengan
Ilmu. Keutamaan ilmu tidaklah bisa mengimbanginya keutamaan suatu apapun
dari kehidupan dunia ini. Sehingga berkata Al-Imam Asy-Syafi’i: “Menuntut Ilmu
lebih utama dari pada Sholat Naafilah (sunat)”.
Kemuliaan seorang yang berilmu dan orang-orang yang beramal dengan
ilmunya adalah kemuliaan yang akan diperolehnya di dunia dan akhirat. Dan
menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu adalah suatu kebiasaan para salaf
terdahulu dan sekarang. Berapa banyak para Salafus Sholih yang
bersusah payah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan menghabis umurnya
dengan tujuan hanya untuk menuntut ilmu. Rasanya hal ini cukuplah untuk
menunjukkan keutamaan ilmu tersebut.
Berikut akan kami sebutkan Kisah Salman Al-Faarisiy Rodhiyallohu
anhu akan pengorbanannya yang sangat besar dalam memperoleh suatu
kebenaran yang hakiki. Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad Rohimahuloh di
dalam musnadnya[1] dari ‘Abdulloh bin ‘Abbas Rodhiyallohu
anhu dari Salman Al-Faarisiy Rodhiyallohu anhu, beliau
berkata:
“Aku adalah seorang
laki-laki dari Persia dari penduduk Ashbahan yang berasal dari suatu kampung
yang disebut dengan Jayy, dan ayahku adalah sebagai seorang kepala kampung
tersebut. Aku adalah orang yang paling dia cintai, senantiasa kecintaannya
terhadapku ada padanya sampai-sampai dia mengurungku di dalam rumahnya untuk
senantiasa menyembah api, sebagaimana seorang anak perempuan yang dikurung. Aku
benar-benar telah membebankan diriku di dalam agama Majusi, sampai-sampai aku
menjadi pelayan bagi api yang menyalakannya serta tidak membiarkannya padam
sekejap pun.
(SALMAN MELIHAT NASHRANY)
Ayahku memiliki kebun yang besar, suatu hari dia disibukkan dengan
mengurus bangunan, maka dia berkata kepadaku: “Wahai anakku,
sesungguhnya hari ini aku disibukkan dengan suatu bangunan dari mengurusi
kebunku, maka pergilah engkau kesana dan perhatikanlah ia”. Ayahku
memerintahkanku untuk melakukan beberapa hal yang dia inginkan, maka aku pun
keluar menuju ke kebunnya. Kemudian aku pun melewati satu gereja dari
gereja-gerejanya orang Nashraniy, aku mendengar suara-suara mereka di dalamnya
sementara mereka dalam keadaan sedang mengerjakan shalat. Aku tidak tahu kondisi
orang-orang karena dikurungnya aku di rumah ayahku. Maka ketika aku melewati
mereka dan aku mendengar suara mereka, akupun masuk ke dalamnya sehingga aku
melihat apa yang mereka perbuat. Ketika aku melihat mereka maka aku pun
terkagum dengan sholat mereka dan muncul hasratku untuk mengikuti mereka, dan
aku berkata: “Demi Allah!, ini lebih baik dari pada agama yang kami
sedang berada di atasnya”.
Maka demi Allah, aku tidak meninggalkan mereka sampai dengan
tenggelamnya matahari, dan aku tidak memperdulikan sawah ayahku serta
tidak mendatanginya. Lalu aku berkata kepada mereka: “Dari mana asal
agama ini?”. Mereka menjawab: “Dari Syam”. Lalu aku
pun kembali menjumpai ayahku dan dia -ketika itu- telah
mengutus seseorang untuk mencariku, dan aku (benar-benar) telah menyibukkannya
dari semua pekerjaannya maka ketika aku mendatanginya, dia berkata: “Wahai
anakku dari manakah engkau, bukankah aku telah memerintahkan kamu
sesuatu?”. Aku berkata: “Wahai ayahku, aku melewati sekumpulan
orang yang sedang mengerjakan sholat di dalam gereja mereka maka aku terkagum
dengan apa yang aku lihat dari agama mereka, demi Allah! Aku senantiasa
di sana sampai dengan tenggelam matahari”. Ayahku berkata: “Tidaklah
ada suatu kebaikan pun di dalam agama tersebut”. Lantas aku berkata: “Sekali-kali
tidak, ssengguhnya agama tersebut lebih baik dari agama kita”. Maka
ayahku mulai merasa khawatir akan diriku, kemudian dia mengikat kakiku dan
mengurungku di dalam rumahnya. Lalu aku mengirim pesan kepada orang-orang
nashraniy tersebut.Aku berkata:“Apabila datang kepada kalian rombongan
pedagang dari Syam dari orang-orang nashara maka khabarilah aku”. Maka -tidak
lama setelah itu- datang kepada mereka rombongan pedagang dari Syam
dari orang-orang nashara maka merekapun mengabariku hal tersebut. Maka aku
berkata kepada mereka: “Apabila mereka telah memenuhi hajat mereka dan
ingin kembali ke negeri mereka maka beritahulah aku”. Maka ketika
mereka hendak kembali ke negeri mereka maka mereka mengabariku, maka akupun
campakkan rantai yang terikat di kakiku.
(GURU PERTAMA SALMAN)
Kemudian aku keluar bersama mereka sampai akhirnya aku tiba di
negeri Syam. Maka ketika aku tiba di sana, aku berkata: “Siapakah orang
yang paling utama dari agama ini?” Mereka berkata: “Uskup yang
ada di dalam gereja tersebut”. Maka akupun mendatanginya dan berkata: “Aku
berhasarat untuk mengikuti agama ini, dan aku ingin tinggal bersamamu,
melayanimu didalam gerejamu ini, serta menuntut ilmu darimu dan mengerjakan
sholat bersamamu”.Dia berkata: “Masuklah”. Maka akupun masuk.
Aku dapati dia seorang laki-laki yang jelek, dia memerintahkan orang-orang
untuk bersedekah dan menganjurkan mereka untuk melakukan hal itu, maka apabila
mereka telah mengumpulkan kepadanya shodaqah, maka dia pun menyimpannya untuk
dirinya sendiri dan tidak memberikannya kepada orang-orang miskin,
sampai-sampai dia telah mengumpulkan tujuh kendi yang berisi penuh emas dan
perak. Maka aku benar-benar sangat membencinya melihat apa yang telah dia
perbuat, tidak lama kemudian dia pun mati, maka orang-orang Nashraniy tersebut
berkumpul untuk menguburinya. Maka aku berkata kepada mereka: “Sesungguhnya
orang ini adalah laki-laki yang jelek, dia memerintahkan kalian untuk bersedekan
dan menganjur kalian untuk melakukan hal tersebut akan tetapi apabila kalian
telah mengumpulkannya kepadanya maka iapun menyimpannya untuk dirinya sendiri,
dan tidak memberikan sedikitpun untuk orang-orang miskin”. Mereka
berkata: “Apa yang telah kamu ketahui?”. Aku berkata:“Aku akan
menunjukkan kepada kalian tempat penyimpanannya”. Maka merekapun berkata:“Tunjukkanlah
kepada kami”.
Maka akupun memperlihatkannya kepada mereka tempatnya. lalu mereka
mengeluarkan dari tempat tersebut tujuh kendi penuh dengan emas dan perak, maka
ketika mereka telah melihat tersebut mereka berkata: “Demi Allah,
sekali-kali kami tidak akan menguburinya lalu mereka menyalibnya serta
melemparnya bebatuan”.
(GURU KEDUA SALMAN)
Kemudian mereka mendatangkan penggantinya yang lain, dan
menjadikannya pada posisi uskup tersebut. Maka tidaklah pernah aku melihat
seorang laki-laki pun –yang tidak mengerjakan sholat lima waktu- yang lebih
utama dari padanya, lebih zuhud akan dunia dan lebih menginginkan akhirat, dan
lebih bersungguh-sungguh -dalam ibadah- siang dan malam daripada dirinya. Maka
aku sangat mencintainya, dan tidak pernah aku mencintai seseorangpun seperti
demikian sebelumnya. Maka aku tinggal bersamanya dalam beberapa waktu, kemudian
datanglah ajalnya. Lantas aku berkata kepadanya:“Wahai fulan sesungguhnya
aku telah tinggal bersamamu dan aku sangat mencintaimu, tidak pernah aku
mencintai seseoranpun seperti demikian sebelummu. Telah tiba ke atasmu apa yang
kamu lihat dari urusan Allah, maka kepada siapakah engkau akan mewasiatkan aku,
dan apa perintahmu?”. Dia berkata: “Wahai anakku, demi Allah
tidaklah aku mengetahui seorangpun pada hari ini yang berada di atas perkara
yang aku berada di atasnya, manusia dalam keadaan celaka, mereka telah merubah
dan meninggalkan kebanyakan perkara yang dahulunya mereka berada di atasnya
kecuali seorang yang tinggal di Al-Maushil namanya “fulan” dia masih tetap
berada di atas perkara yang aku berada di atasnya, maka bergabunglah
dengannya”.
(GURU KETIGA SALMAN)
Maka ketika dia telah wafat dan dikuburkan, akupun pergi kepada
laki-laki di negeri Al-Maushil tersebut lalu aku berkata kepadanya: “Wahai
fulan, sesungguhnya fulan telah mewasiatkan kepadaku ketika datang ajalnya
untuk aku mengikutimu dan ia memberitahukan aku bahwa engkau berada di atas
agamanya”. Kemudian dia berkata: “Tinggallah bersamaku!”,
maka tinggallah aku bersamanya. Aku dapati ia sebaik-baik laki-laki yang berada
di atas agama shohabatnya, kemudian tidak lama kemudian dia pun datanglah
ajalnya, maka ketika sudah dekat ajalnya aku berkata kepadanya: “Wahai
fulan telah mewasiatkan aku mengikutimu memerintahkan aku untuk bergabung
denganmu dan telah datang dari Allah kepadamu apa yang telah engkau lihat maka
kepada siapakah engkau mewasiatkan aku dan apa yang engkau perintahkan kepadaku?”.
Dia berkata: “Wahai anakku, demi Allah tidaklah aku mengetahui
seseorang yang berada di atas apa-apa yang kami berada di atasnya kecuali
seorang laki-laki yang tinggal di negeri Nashibain namanya fulan maka
bergabunglah dengannya”.
(GURU KEEMPAT SALMAN)
Maka ketika dia telah wafat dan dikuburkan, akupun pergi untuk
bergabung laki-laki yang berada di Nashibain tersebut. Ketika aku telah tiba di
sana aku mengabarinya akan maksud kedatanganku dan apa yang telah diperintahkan
kepadaku oleh shohabatku. Lantas dia pun berkata: “Menetaplah di
tempatku”. Maka aku pun menetap di tempatnya. Aku dapati ia berada di atas
agama dua shohabatnya maka tinggallah aku bersama sebaik-baik
laki-laki. Demi Allah tidaklah berlalu waktu yang lama maka datanglah ajalnya.
Maka ketika ajalnya sudah dekat aku berkata kepadanya: “Wahai fulan,
sesungguhnya fulan telah mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan, kemudian fulan
tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti engkau maka setelah itu kepada
siapakah engkau mewasiatkan aku dan apa yang akan engkau perintahkan
kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai anakku, demi Allah tidaklah
aku mengetahui seseorang yang tetap berada di atas agama kami ini untuk aku
perintahkan engkau untuk menjumpainya kecuali seorang laki-laki yang berada di
negeri ‘Amuriyyah, karena sesungguhnya ia berada di atas apa-apa yang kami
berada di atasnya, jika engkau suka maka datangilah ia sesungguhnya ia berada
di atas agama kami”.
(GURU KELIMA SALMAN)
Maka ketika dia telah wafat dan dikuburkan maka aku pergi
menjumpai laki-laki yang berada di negeri ‘Amuriyyah tersebut dan aku
mengabarkannya akan maksud kedatanganku. Lantas dia berkata:“Menetaplah di
tempatku”. Maka akupun tinggal bersama seorang laki-laki yang yang
berada di atas petunjuk shohabat-shohabatnya dan agama mereka. Akupun mencari
pencaharian sehingga aku bisa memiliki beberapa ekor sapi dan beberapa ekor
kambing. Kemudian datanglah ketetapan Allah atasnya maka ketika telah dekat
ajalnya aku berkata kepadanya: “Wahai fulan sesungguhnya aku dahulunya
bersama fulan maka ia mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan, kemudian fulan
tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan kemudian fulan tersebut
mewasiatkan aku untuk mengikuti engkau maka kemudian kepada siapakah engkau
mewasiatkan aku dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?”. Dia
berkata: “Wahai anakku, demi Allah aku tidak mengetahui seseorang pun
yang dia berada di atas apa-apa yang kami berada di atasnya untuk aku aku
perintahkan kamu untuk mengikutinya, hanya saja telah dekat kepadamu zaman
diutusnya seorang Nabi yang mana dia diutus dengan agama Ibrahim, dia akan
keluar di negeri Arab, dan akan berhijrah ke suatu negeri yang berada di antara
dua negeri yang berbatuan hitam di antara keduanya ada pohon kurma, pada
dirinya ada ciri-ciri yang tidak samar: dia menerima hadiah dan tidak memakan
Shodaqoh, di antara dua pundaknya ada tanda kenabian, maka jika engkau mampu
untuk bergabung dengan dengan negeri tersebut maka lakukanlah”. Maka
ketika dia telah wafat dan dikuburkan maka menetaplah aku di negeri ‘Amuriyyah
selama yang Allah kehendaki untuk aku menetap.
(JATUHNYA SALMAN KE TANGAN YAHUDI DALAM MENCARI
NABI)
Lalu lewatlah di hadapanku sekelompok pedagang dari negeri Kalb.
Maka aku berkata kepada mereka:”Apakah kalian mau membawaku ke negeri ‘Arab
dan aku akan memberikan kepada kalian sapi-sapiku ini dan juga
kambing-kamibingku”. Mereka berkata: “Baik”. Maka aku
berikan sapi-sapiku ini dan juga kambing-kambingku kepada mereka, lalu mereka
pun membawaku, sehingga ketika telah tiba di negeri Waadi Al-Qura merekapun
menzholimiku, mereka menjualku kepada seorang laki-laki dari Yahudi sebagai
seorang budak, maka menetaplah aku bersamanya. Aku melihat pohon kurma dan aku
berharap inilah negeri yang telah disifatkan oleh shohabatku kepadaku, hanya
saja aku tidak yakin. Ketika aku bersamanya maka datanglah kepadanya seorang
anak pamannya dari Madinah dari kabilah Bani Quraidhoh maka ia membeliku
darinya lalu ia membawaku ke negeri Madinah. Maka demi Allah tidaklah kota ini
kecuali aku telah melihatnya serta aku mengenalnya sebagaimana yang disifatkan
oleh shohabatku tersebut. Maka bermukimlah aku di sana dan Allah pun telah
mengutus Rasul-Nya, maka beliau bermukim di Makkah selama yang beliau telah
menetap, dan aku tidak pernah mendengar sekalipun beliau disebut di samping
dengan kesibukanku sebagai seorang budak.
(BERITA KEDATANGAN ROSULULLOH)
Kemudian beliau pun berhijrah ke Madinah, maka demi Allah ketika
aku sedang berada di puncak salah satu pohon kurma kepunyaan tuanku yang mana
aku sedang mengurusnya, dan (ketika itu) tuanku sedang dalam keadaan duduk.
Maka datang salah seorang anak pamannya, lalu berhenti di hadapannya, dan
berkata: “Fulan, semoga Allah memerangi bani Qutailah, demi Allah
sekarang mereka sedang berkumpul di Quba’ dipimpin oleh seorang dari Makkah
yang tiba kepada mereka hari ini, mereka berkata bahwa ia adalah seorang Nabi”. Maka
ketika aku mendengar hal tersebut tubuhku merasa gemetar sampai-sampai aku
menyangka aku akan jatuh ke atas tuanku. Maka akupun turun dari pohon kurma dan
mulai bertanya kepada anak pamannya itu: “Apa yang kamu katakan? Apa
yang kamu katakan?”. Maka tuanku marah dan memukulkan dengan pukulan yang
sangat keras, kemudian dia berkata: “Apa urusanmu?, teruskan
pekerjaanmu!”. aku berkata: “Tidak ada, hanya saja aku ingin memastikan
apa yang telah dia ucapkan”.
(PERJUMPAAN SALMAN DENGAN ROSULULLOH)
Padaku ada sedikit dari harta yang telah aku kumpulkan, maka
ketika di sore harinya aku membawanya dan aku pergi menjumpai Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam, beliau ketika itu sedang berada di Masjid Quba, maka
akupun masuk dan bertanya: “Sesungguhnya telah sampai kepadaku suatu
berita bahwasannya engkau ini adalah seorang laki-laki yang sholih, dan
bersamamu ada shohabat-shohabatmu yang mengasingkan diri dari negeri mereka lagi
sangat membutuhkan, ini ada sedikit yang aku miliki sebagai shodaqoh karena aku
melihat kalian lebih berhak akan hal itu dari pada yang lainnya”. Maka aku
dekatkan kepadanya, kemudian Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata
kepada shohabatnya: “Makanlah”. Sementara beliau sendri
tidak menyentuhnya serta tidak memakannya, lalu aku berkata dalam diriku: “Ini
ciri-ciri yang pertama”.
Kemudian akupun pergi, maka aku kumpulkan sedikit makanan.
Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallamkembali ke Madinah kemudian
aku datang dengan membawa makanan tersebut, lalu aku berkata:“Sesungguhnya
aku melihat engkau tidak makan harta shodaqoh, ini ada sesuatu sebagai hadiah,
aku memuliakan kamu dengannya”. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi
wa Sallam memakannya dan memerintahkan shohabatnya untuk makan
bersamanya, maka akupun berkata dalam diriku: “Ini ciri-ciri yang
kedua”.
Tidak lama kemudian aku mendatangi lagi beliau Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam dan ketika itu beliau sedang berada di pekuburan
Baqi’ Al-Ghorqod sedang mengikuti salah satu jenazah dari shohabatnya, dan di
atas tubuhnya dilapisi dua pakaian. Dan saat beliau sedang duduk di
tengah-tengah shohabatnya, maka akupun memberi salam kepada beliau, kemudian
aku berputar arah untuk melihat bagian punggungnya, (yaitu) apakah aku akan
melihat khotam sebagaimana yang telah disifatkan oleh
temanku?. Ketika Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam melihatku
maka akupun berpaling, maka beliau mengetahui maksudku bahwasanya aku sedang
memastikan sesuatu yang telah disifatkan kepadaku. Maka beliaupun melempar
rida’-nya dari atas punggungnya, maka aku pun melihat khotamnya dan
mengenalnya. Maka aku memeluk beliau serta menciumnya dalam keadaan menangis.
Maka RosulullohSholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Hadapkanlah
wajahmu!”. Maka akupun menghadapkannya, lalu aku ceritakan kepada
beliau tentang kisahku sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu wahai Ibnu
‘Abbas. Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa ta’ajub
dengan shohabatnya ketika mereka mendengar hal tersebut.
(LEPASNYA SALMAN DARI PERBUDAKAN)
Kemudian aku disibukkan dengan pekerjaanku sebagai budak sehingga
aku luput untuk mengikuti perang Badar bersama Rosululloh Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam dan perang Uhud. Maka Rosululloh Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku: “Wahai Salman!
buatlah Mukatabah (kesepakatan penebusan dari perbudakan)”. Maka
akupun membuat kesepakatan dengan tuanku untuk aku menanam 300 tunas pohon
kurma di sekitar sumur yang dekat sekeliling pohon kurma dan juga dengan
memberikan 40 Uqiyyah. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi
wa Sallam berkata kepada para shohabatnya: “Bantulah
saudara kalian ini!”.
Maka merekapun membantuku dengan memberikan tunas kurma: seorang
lelaki ada membantuku dengan 30 tunas kurma, ada yang membantuku dengan 20
tunas, ada membantu dengan 15 tunas, dan ada yang membantuku dengan 10,
yaitu setiap laki-laki membantu sesuai dengan kadar yang mereka miliki.
Sehingga terkumpullah untukku 300 tunas. Kemudian Rosululloh Sholallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku: “Pergilah engkau wahai
Salman buatlah lubang-lubang untuk tunas-tunas kurma tersebut, dan apabila
telah selesai maka datangilah aku, aku yang akan menanaminya dengan
tanganku”. Maka aku pun mulai membuat lubang-lubang untuk
tunas-tunas tersebut dengan dibantu oleh para Shohabatku, maka ketika telah
selesai aku mendatangi Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam serta
mengabarkan beliau hal tersebut. Maka Demi yang jiwaku berada di tangannya
tidak ada satu tunas pun dari tunas-tunas tersebut -yaitu yang ditanam oleh
Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam- mati. Maka akupun
memberikannya (kepada tuanku), maka yang tersisa atasku (yang harus aku
tunaikan) tinggallah harta.
Kemudian Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam memperoleh
emas semisal dengan besarnya telur ayam hasil dari sebagian peperangan. Maka
beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Apa
yang telah dilakukan oleh Al-Faarisiy -yaitu Salman- terhadap orang yang telah
ia buat kesepakatan?”. Lalu beliau memanggilku dan berkata: “Ambil
ini dan tunaikan dengannya apa-apa (yang tersisa) atasmu wahai Salman”. Aku
pun berkata: “ini tidaklah cukup untuk menunaikan apa-apa (yang
tersisa) atasku”. Beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Ambillah,
sesungguhnya Allah menunaikannya atasmu”.
Akupun mengambilnya, lalu menimbangnya untuk mereka, maka demi
yang jiwaku berada di tangannya, (aku dapati ia) 40 Uqiyyah, kemudian aku
tunaikanlah hak mereka, lalu akupun dimerdekakan. Maka setelah itu aku
mengikuti peperangan khandaq bersama Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa
Sallam dan tidaklah ada satu pertempuranpun bersama beliau yang aku
lewatkan.”
BEBERAPA FAIDAH DARI KISAH SALMAN:
·
Terkadang seseorang diuji untuk mendapatkan sesuatu yang
dicintainya
·
Mengedepankan kecintaan kepada Alloh dari selainnya, Salman
tidaklah meninggalkan agama Majusi dan bapaknya karena kemiskinan.
·
Keimanan kepada takdir, semuanya berada dalam ketentuan Allaoh
walaupun tak pernah terlintas salam pikiran sama sekali.
·
Sabar terhadap gangguan.
·
Pengingkaran dengan hati terhadap maksiat ketika tidak mampu, dan
menampakkannya ketika ada kemampuan
·
Orang yang mengklaim sesuatu mesti bisa mendatangkan bukti
·
Meminta nasehat pada orang-orang sholih
·
Wasiat menjelang ajal
·
Seseorang berbicara sesuai ilmunya
·
Kaum Nashrany telah tersesat sebelum diutusnya Rosululloh kecuali
segelintir orang
·
Melakukan perjalanan jauh demi menuntut ilmu
·
Usaha mencari kebenaran dan pemastian suatu perkara
·
Ta’awun ‘Alal birri wat Taqwa
·
Mengulurkan bantuan bagi orang sholih
·
Bertanya tentang keberadaan orang yang membutuhkan
·
Berkah itu datangnya dari Alloh
·
Semangat untuk membantu orang dalam mendapatkan hidayah Alloh